Pillow Talk



Tubuh terhempas, punggung beradu dengan kasur yang sudah uzur
Tak ada hamparan bintang
Hanya lampu temaram dan kabel yang menjuntai jadi pemandangan
Mata terpejam, rasa bertumbukan

Kita bicara semalam suntuk
Tentang fisika kuantum, tentang mengapa Tuhan hadirkan perang
Tentang kasak-kusuk underground, tentang mie goreng pedas telur setengah matang
Tentang area 51, tentang tarif dasar listrik
Tentang hidup yang butuh biaya, tentang hidup yang butuh mengolah rasa
Tentang peliknya hidup di usia pertengahan
Romansa.

Kita saling berpeluk erat, menggerayangi masalah, nyaman dengan cumbuan resah.
Dan kita seolah dirajam oleh paku-paku tak terlihat yang menembus ke pembuluh darah, mengoyaknya, menciptakan rasa sakit yang sama sekali tak nikmat.

"Orang-orang itu brengsek sekali," kataku. "Mereka berlindung di balik kata-kata 'aku masih berjuang' lalu tak mau sedikit saja berkorban."

"Mereka kira, cuma mereka yang boleh memperjuangkan kehidupannya sendiri?"

Sementara Elvis Depressedly terus meracau dari lubang-lubang speakers dengan unduhan kualitas rendah. Gemerisiknya mengganggu.

"Lain kali belilah rilisan asli. Senangkan dirimu. Tak apa."

'N.M.S.S' mengiris nadi
Mata kita terpejam
Sebaran pikiran menguar sulit dikekang

Kita saling menggenggam dan terbuai mimpi perlahan
Antara aku dan kamu, alter egoku.

Comments

Popular posts from this blog

Late Night Moods

882 km

Missing You Is A Heartache That Never Goes Away